AYAT TENTANG RISALAH

PENDAHULUAN
Kata ar-risalah dalam bahasa arab bermakna penyerahan dengan perintah tertentu. Sedangkan orang yang mengikuti berita yang diperintahkan kepadanya atau menjalankan apa yang diperintahkan pengutusnya disebut sebagai rasul. Sehingga seorang rasul lebih popular dengan ucapan sang pembawa risalah. Kalau kita melihat kedalam al-qur’an dari segi makna pemilihan risalah, allah berfirman kepada musa a.s seraya memberitahukan kepadanya bahwa Allah telah memilihnya dari sekian banyak hambanya untuk mengemban risalah dan menyampaikanya kepada kaumnya. Allah berfirman dalam surat al-a’raf ayat 144:
     ••         
144. Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur."
Sedangkan kata rasul juga terambil atau berakar dari kata yang sama yaitu Ra-Sin-Lam ( ر- س- ل) kata yang berakar Ra-Sin-Lam terdapat 513 kali di dalam al-qur’an dengan berbagai bentuk, 442 kali lainnya berkaitan dengan kerasulan pernyataan pokok-pokok dari sejumlah ayat tersebut misalnya dalam surat yunus: 47, an-nisa’: 164, yang berbunyi:
 •            
Tiap-tiap umat mempunyai Rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. (QS. yunus: 47 )
               
Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS. An-nisa’: 164)
Dan beberapa rasul sungguh-sungguh telah kami ceritakan kepada engkau dan beberapa Rasul lainnya tidak kami ceritakan kepada engkau”
PEMBAHASAN
Esensi Para Rasul
    •         •    •             
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghutitu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Qs. An-Nahl:36)
Pokok Kandungan Ayat
Allah SWT. Menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus sesuai dengan sunnatullah yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah dan membawa mereka kepada kesejahteraan dunia dan kebahagian akhirat.
Allah SWT. Menjelaskan bahwa Dia telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat yang terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad SAW. kepada umat manusia seluruhnya. Oleh sebab itu, manusia hendaklah mengikuti seruannya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Allah SWT. berfirman:
        •     
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran] sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS. Al-Fatir: 24)

Dan firman-Nya:
             
Dan Tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?"(QS. Az-Zukhruf: 45)
Dari uraiannya tersebut dapat dipahami bahwa Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi kafir, karena Allah SWT. telah melarang mereka mengingkari-Nya. Larangan itu telah disampaikan melalui para rasul-Nya.
Kosakata
Kata طاغوت)) thaghut terambil dari kata ) طغى ) thaga yang yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia bisa juga dipahami dalam ari berhala-berhala, karena penyembahan berhala adalah sesuatu yang sangat buruk dan melampaui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup Tuhan, pelanggaran, dan kesewenang-wenangan terhadap manusia.
Hidayah (petunjuk) yang dimaksud ayat di atas adalah hidayah khusus dalam bidang agama yang dianugrahkan Allah kepada mereka yang hatinya cenderung untuk berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Secara panjang lebar macam-macam hidayah Allah telah penulis kemukakan bahwa dalm bidang petunjuk keagamaan, Allah menganugrahkan dua macam hidayah. Pertama, hidayah menuju kebahagiaan dunia dan ukhrawi. Cukup banyak ayat-ayat yang menggunakan akar kata hidayah yang mengandung makna ini, misalnya:
     
“Dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS. Asy-Syura:52)
•              
“Dan Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, Maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. Fushilat: 17)
Kedua, hidayah (petunjuk) serta kemampuan untuk melaksanakan isi hidayah itu sendiri. Ini tidak dapat dilakuakan kecuali oleh Allah SWT. Karena itu ditegaskan bahwa:
•              
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(QS. Al-Qashash:56)
Alllah menganugrahkan hidayah kedua ini kepada mereka yang benar-benar ingin memperolehnya dan melangkahkan kaki guna mendapatkannya.
Pesan
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini yaitu
 Perintah untuk tidak beribadah selain kepada Allah dan tidak mengingkarinya/kafir
 Perintah untuk menjauhi syaitan dan sekutunya
 Dapat mengambil pelajaran pada setiap kesalahan yang pernah diperbuat oleh ummat terdahulu dan tidak mengulanginya kembali.








Kenapa Risalah Suci rasul Ditentang?
 •• •    •         ••                                     
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS.Al-Baqarah: 213)
Pokok Kandungan Ayat
Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman melalui nabi agar memasuki agama Islam secara menyeluruh, bersatu dan tidak bersengketa satu sama lainnya. Sebab, melakuakn tindakan yang bisa menimbulkan persengketaan dan perpecahan, sungguh tidak pantas bagi orang meminta kepadanya hidayah dari Tuhannya. Seharusnya mereka meninggalkan perbutan-perbuatan yang dilarang oleh Al-kitab setelah adanya gagasan dari hidayah ilahiah. Selanjutnya, Allah menuturkan bahwa orang yang mengingkari perkara yang hak, selalu menitik beratkan tindaknnya kepada hal-hal yang memenuhi kesenangannya berupa kenikmatan duniawi yang pada hakikatnya hanyalah bersifat sementara dan sebentar. Barang siapa berprilaku seperti mereka, maka ia akan selalu berada dalam perselisihan dan perpecahan denga teman sendiri.
Kosakata
Kata (كتاب) kitab dikemukakan dalam bentuk tunggal buka jamak. Hal ini disebabkan karena prinsip-prinsip ajaran Ilahi yang dibawa oleh nabi-nabi itu, serta yang tercantum dalam kitab-kitab yang diturunkan, pada hakikatnya sama, sehingga ia hanya seakan-akan satu kitab. Semua nabi membawa ajaran tauhid, kepercayaan akan adanya kiamat, malaikat, diutusnya para rasul yang mengajarkan shalat, puasa, zakat, haji dan menganjurkan kebaikan serta mencegah kemungkaran. Kitab tersebut diturunkan bersama mereka agar Allah atau para nabi melalui keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Penolakan dan perselisihan bukan karena kitab yang diturunkan tidak jelas, tetapi mereka berselisih setelah dating kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata. Penolakan dan perselisihan itu disebabkan oleh dengki antara mereka sendiri.
Pesan
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini yaitu bersegera meminta petunjuk kepada Allah, ketika terjadi perselisihan antara yang satu dan lainnya. Sehingga mendapatkan kebenaran tentang hal yang diperselisihkan. Dan petunjuk-petunjuk Allah yang dibawa oleh para nabi penting sekali bagi keselamatan manusia, agar dapat menjalin umat yang bersatu, tolong menolong satu sama lain, sama-sam berusaha, mencari kemaslahatan, menghindari mara bahaya.

Menerima Risalah Apa Adanya
               •              •            
Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (QS. Al-Hadid:27)
Pokok Kandungan Ayat
Kami iringkan pada jejak-jejak mereka kedua Nabi Agung dan utusan-utusan Kami sebelum atau yang semasa dengan mereka berdua –rasul-rasul kami secara berturut-turut seorang demi seorang dan kami iringkan pula isa putra maryam; dan kami berika kepadanya injil dan kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya yakni yang mengikuti Nabi Isa rasa santun lemah lembut dan rahmat dan mereka mengadakan rabbaniyyah yakni sikap berlebih-lebihan dalam beribadah dan olah jiwa. Kami tidak mewajibkan atas mereka dalam bentuk berlebih-lebihan itu tetapi mereka mengada-adakannya untuk mencari sungguh-sungguh keridhaan besar dari allah yang maha agung, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka kami beriakn kepada orang-orang yang beriman yakni kepada Nabi Muhammad SAW. Diantara mereka pahala mereka yang layak mereka terima dan banyak di antara mereka yang mengada-ada itu adalah orang-orang fasik, yakni keluar dari ketaatan menuju kedurhakaan.
Kosakata
Kata (قفينا) qaffaina terambil dari kata (قفى) qaffa yakni mengikuti/mengiringkan. ini mengisyaratkan bahwa kedatangan yang kemudian tidak lama setelah kepergian yang lalu.
Kata (آثار) atsar adalah bentuk jamak dari atsar yakni jejak. Bahwa mereka dijadikan dan mengiringi jejak para pendahulu mengandung makna bahwa jalan yang ditempuh oleh yang terdahulu dan yang datang kemudian adalah jalan yang sama, dan semua adalah Islam.
Kata (رهبانية) rahbaniyyah terambil dari kata (رهب ) rabb yakni takut. Rahbaniyyah adalah perasaan takut yang luar biasa yang menjadikan pengikut-pengikut Nabi Isa as. Melakukan hal-hal yang sangat berat dan tidak sejalan dengan kemudahan beragama. Seperti enggan kawin karena takut dilengahkan dari beribadah, menjauh dari kelezatan dunia yang mubah/yang dibolehkan agama karena takut jangan sampai terjerumus dalam haram, memakai pakaian kasar karena takut merasa angkuh, makan dan minum denagn amat sederhana karena takut kekenyangan yang membawa kepada kelengahan, menyendiri di tempat-tempat terpencil karena takut terpengaruh oleh lingkungan yang bejat.
Pesan
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini yaitu Janganlah berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah dan olah jiwa, sehingga melupakan hal-hal kedunian. Begitu juga sebaliknya, jangan sekali-kali kita terperdaya oleh kenikmatan duniawi karena dunia adalah sumber segala dosa.

Universalitas Risalah Muhammad
    ••     ••   
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS.Al-Saba’: 28)
Pokok Kandungan Ayat
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada seluruh manusia. Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang yang mempercayai dan mengamalakan risalah yang dibawanya dan sekaligus pembawa peringatan kepada orang yang mengingkari atau menolak ajaran-ajaranya. Nabi Muhammad adalah Nabi penutup, tidak ada lagi nabi dan rasul di utus Allah sesudahnya. Dan demikian, pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk seluruh manusia sampai kiamat. Sebagai risalah yang terahir, maka di dalamnya tercantum peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan baik untuk dijalankan di setiap tempat dan masa. Banyak ayat di dalam Al-Quran yang menegaskan bahwa Muhammad di utus kepada manusia seluruhnya.
Sebagaimana Allah Berfirman:
  •      • 
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.(QS. Al-Mulk: 1)
Kosakata
Kata (كافة) kaffah menurut Thabathaba’i dan beberapa ulama lain terambil dari kata (كف ) yang berarti menghalangi. Atas dasar itu mereka memahami penggalan ayat di atas bermakna: Kami tidak mengutusmu kecuali berfungsi sebagai penghalang yang sangat unggul terhadap manusia agar mereka tidak melakukan aneka kedurhakaan. Ini dikuatkan oleh kalimat sesudahnya yaitu بشيراونذيرا. Banyak ulama memahami kata kaffah dalam arti semua dan ia pada ayat berfungsi menjelaskan keadaan an-nas/manusia. Dengan demikian ayat ini menguraikan risalah SAW. Yang mencakup semua manusia. Ayat ini menurut mereka berarti kami tidak mengutusmu kecuali pengutusan buat semua manusia. Pendapat ini sejalan dengan fungsi Nabi Muhammad SAW. yang diutus membawa rahmat bagi seluruh alam.
Pesan
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini yaitu mempercayai risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk seluruh umat manusia sampai hari kiamat.
Bagaimana Risalah Diturunkan?
        •                                  •            
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS.Al-Syurao:51-52)

Pokok Kandungan Ayat
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Allah tidak akan berkata-kata dengan hamba-Nya kecuali dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut:
1. Dengan Wahyu yakni Allah menanamkan ke dalam hati sanubari seorang nabi suatu pengertian yang tidak diragukannya bahwa yang diterimanya adalah dari Allah
2. Dibelakang Tabir yakni dengan cara mendengar dan tidak melihat siapa yang berkata, tetapi perkataannya itu didengar, seperti halnya Allah berbicara dengan Nabi Musa.
3. Mengutus seseorang utusan, yakni Allah mengutus malaikat jibril, maka utusan itu menyampaikan wahyu kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah mahatinggi lagi maha suci dari sifat-sifat makhluk ciptaan-Nya. Dia disebut menurut kebijaksanaan-Nya, berbicara dengan hamba-hamba-Nya, adakalanya tanpa perantara baik berupa ilham atau berupa percakapan dari belakang tabir.
Kosakata
Kalimat يكلمه الله) ) yukallimahu Allah/diajak bicara oleh Allah tentu saja tidak boleh dipahami dalam arti percakapan seperti halnyamakhluk. Banyak uraian ulama yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksud dengan kalam Allah itu. Yang pasti bahwa kalm Allah atau apa saja redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan manusia bahkan makhluk, harus segera dipahami bahwa hakikat keduanya tidaklah sama, karena ”Tidak ada yang serupa dengan-Nya”.
Ayat di atas mengemukakan tiga cara. Yang pertama langsung, tanpa menyebut satu kondisi atau syarat. Sedang yang kedua disertai dengan satu kondisi, atau syrat yaitu “di belakang hijab”, dan yang ketiga berupa kehadiran utusan untuk menyampaikan wahyu itu.

Saran
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini yaitu ikutilah jalan yang lurus dan benar dengan berpedoman pada Al-Quran sebagai petunjuk.

Kedudukan Al-Quran Sebagai Risalah Rasul
          •                           •                    
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (QS. Al-Maidah:48)
Pokok kandungan Ayat
Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah menurunkan Al-Quran kepada nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW. Al-Quran adalah kitab Samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan Kitab suci sebelumnya seperti Taurat dan Injil. Al-Quran adalah kitab yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan.
Firman Allah menegaskan:
              
Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS. Fusilat:42)
Kosakata
Menerjemahkan kata (مهيمنا) muhaiminan dengan tolak ukur sebenarnya belum sepenuhnya tepat. Kata ini terambil dari kata haimana, yang mengandung arti kekuasaan, pengawasan serta wewenang atas sesuatu. Dari sini kata tersebut dipahami dalam arti menyaksikan sesuatu, memelihara dan mengawasinya. Al-Quran adalah muhaimin terhadap kitab-kitab yang lalu, karena di menjadi saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang lalu. Hal dapat terjadi, jika apa yang terdapat dalam kitab-kitab itu tidak bertentangan dengan yang tercantum dalam Al-Quran. Demikian juga sebaliknya, Al-Quran menjadi sanksi bagi kesalahannya, dengan kesaksian ituAl-Quran pun berfungsi sebagai pemelihara.
Ada juga yang membaca kata di atas dengan (مهيمنا) muhaimanan dalam arti terpelihara, yakni Al-Quran terpelihara. Kitab suci ini dipelihara oleh Allah SWT. dengan berbagai cara, antara lain terpelihara redaksinya, kata demi kata bahkan huruf demi huruf melalalui hafalan jutaan umat Islam, penyebaran mushaf-mushaf Al-Quran, disket dan CD. Setiap kesalahan disengaja atau tidak, dalam bacaan atau tulisan segera akan diketahui dan ditegur oleh sekian banyak orang serta lembaga. Al-Quran jiga muhaiminan, yakni terpelihara makna-maknanya melalui penafsiran yang terus-menerus, dan dari saat ke saat dijelaskan oleh para ulama dan cendekiawan. Bila ada penafsiran yang jauh menyimpang, maka akan tampil para pakar meluruskan dan membantahnya. Pemeliharaan sejalan dengan firman-Nya:
  •     
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr: 49)


Pesan
Beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini yaitu supaya selalu berpegang teguh terhadap Al-Quran dan menjadikannya sumber dan landasan hukum dalam memutuskan sesuatu perkara. Serta larangan untuk tidak mengikuti hawa nafsu dalam menyelesaikan setiap perkara tersebut.

Fungsi Al-Quran Sebagai Risalah Rasul
 ••   •          
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus:57)
Pokok kandungan Ayat
Allah SWT. berfirman meningkatkan manusia bahwa Dia telah memberi memberi karunia-nya dengan menurunkan “Al-Quranul Karim” kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. yang mengandung pelajaran, pencegah perbuatan jahat, penyembuh dari penyakit ragu-ragu dan was-was yang berada di dada, petunjuk kepada jalan yang lurus dan sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Maka hendaklah mereka bergembira dengan datangannya petunjuk dan agama yang benar itu, karena itu adalah lebih baik dari segala apa yang mereka kumpulkan, yang berupa kenikmatan duniawi dan harta kekayaan yang fana.
Allah berfirman di dalam ayat lain:
              
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(QS. Al-Isyra’: 82)


Kosakata
Kata ( (موعظةmau’izah berasal dari kata ((وعظ wa’zh yaitu “peringatan menyangkut kebaikan yang menggugah hati serta menimbukan rasa takut”. Peringatan itu oleh ayat ini ditegaskan bersumber dari Allah SAW. yang merupakan ( (ربكمrabbikum, yakni Tuhan Pemeliharaan kamu. Dengan demikian, pastilah tuntutan-Nya sempurna, tidak mengandung kekeliruan lagi sesuai dengan sasaran yang dituju.
Pesan
Pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini yaitu supaya menjadikan Al-Quran sebagai pengajaran, obat, petunjuk, serta bergembira dengan datangannya petunjuk dan agama yang benar itu karena itu adalah lebih baik dari pada kenikmatan duniawi dan harta kekayaan yang fana.

Inti Rislah Para rasul Adalah Sama

 •                   •           
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. Al-Baqarah: 136)

    •   •      •               •    
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (QS. Al-Baqarah 214)
Pokok kandungan Ayat
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Agama Allah yang dibawa para nabi mempunyai ciri yang sama. Orang-orang ahli kitab belum mengetahui hakikat-hakikat kenyataan ini. Yakni, sekalian terdapat perbedaan, hanya pada masalah yang tidak prinsip. Yang jelas inti ajarannya adalah sama. Pandangan mereka hanya tertuju pada masal-masalh kecil, bukan prinsipil, karena perbedaan ajaran hanya terletak pada persoalan yang kecil. Dan itupun pada hakikatnya merekalah yang menambah-nambah ke dalam taurat dan injil. Karenanya, makin bertambah jauhlah perbedaan antara golongan tersebut. Sehingga setiap golongan hanya mementingkan dirinya sendiri dan menganggap dirinyalah yang paling beriman sedang selain mereka termasuk kafir.
Kosakata
Nabi-nabi yang disebut di atas jumlahnya terbatas, sedangkan yang tidak disebut masih jauh lebih banyak. Namun demikian, dalam hal mempercayai mereka sebagai utusan-utusan Allah, kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka. Kami tidak sebagaimana orang Yahudi dan Nasrani, yang membeda-bedakan rasul Allah. Orang Yahudi tidak percaya kepada nabi Isa, sementara orang Nasrani tidak percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Kami lakukan itu, disebabkan karena mereka semua adalah utusan Allah dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya, dengan kepatuhan yang mantap, dan tampak melalui anggota tubuh kami, serta tercemin dalm aktifitas kami. Maka ini dipahami dari penggunaan kata (مسلمون)muslimun, di mana patron kata demikian mengandung makna kemantap, berbeda dengan jika yang digunakan adalah kata kerja.
Saran
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini yaitu untuk selalu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seseorang satu sama lainnya. Dan selalu tabah dan sabar dalam mengatasi setiap ujian dan tantangan itu. Karena tidak ada suatu kesenangan yang dicapai tanpa didahului oleh bermacam-macam cobaaan dan tantangan.

Sikap Terhadap Risalah Rasul
    •            
Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi. (QS. Al-Baqarah 121)
Pokok Kandungan Ayat
Diantara ahli kitab ada orang yahudi yang mengikuti Taurat, orang Nasrani mengikuti injil. Mereka benar-benar membaca kitab yang diturunkan kepada mereka dengan bacaan yang benar tidak diikuti oleh keinginan dan hawa nafsu mereka.
Mereka membacanya dengan bacaan yag sebenarnya dengan memahaminya sepenuh hati, tidak mentakwilkan atau menafsirkannya menurut keinginan sendiri, tidak menambah, mengurangi atau mengubahnya.
Menurut Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas, membaca dengan bacaan yang sebenarnya ialah menghalalkan yang dihalalkan mengharamkan yang diharamkannya, membacanya seperti yang diturunkan Allah, tidak mengubah-ubah atau memalingkan perkataan dari tempat yang semestinya dan tidak menakwilkan sesuatudari kitab itu dengan takwil yang bukan semestinya

Alam firman-Nya yang lain dijelaskan bacaan yang dimaksud, yakni:
•            
....Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (QS. Al-Isra’: 107)

Kosakata
Kata (آمة)ummah/ummat adalah semua kelompok yang diikat oleh satu persamaan. Ikatan persamaan apapun yang menyatukan makhluk hidup –manusia atau binatang– seperti jenis, suku, bangsa, ideologi, atau agama, dan sebagainya, maka ikatan itu telah menjadikan mereka satu umat. Bahkan Nabi Ibrahim as, –sendirilah– yang menyatu dalam dirinya sekian banyak sifat terpuji, dinamai oleh Al-Quran sebagai satu umat.
•   •        
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (QS. an-Nahl:120).
Nabi Ibrahim, Isma’il, Ishaq, dan Ya’qub serta satu umat. Mereka telah meninggalkan pentas dunia ini. Yang hidup dewasa ini, dipersilakan memilih masuk ke dalam kelompok mereka atau berada di luarnya. Masing-masing akan mempertanggungjawabkan pilihannya.
Ayat ini juga memberi isarat bahwa garis keturunan yang menghubungkan orang-orang Yahudi sampai kepada Ya’qub dan Ibrahim tidak akan berguna buat mereka. Ini karena amal perbuatan mereka tidak sesuai dengan amal perbuatan nabi-nabi itu dan masing-masing akan diberi balasan berdasar amal, bukan berdasar garis keturunan.
Pesan
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini yaitu supaya mengimani al-kitab sebagai wahyu Allah dan tidak mengingkari kebenarannya. Serta perintah untuk membaca Al-Quran dengan sepenuh hati, membacanya dengan perlahan-lahan, meresapi arti dan maksudnya, tidak mengurangi atau menafsirkannya dengan tafsiran yang sesuai dengan keinginan hawa nafsu. Bila tidak demikian, maka Al-Quran tidak akan menjadi petunjuk yang mengarahakan ke jalan yang lurus.

DAFTAR PUSTAKA
Moh. Yunus. Kamus Arab-Indonesia. (Jakarta: PT. Hidayakarya agung, 1990)
Shihab,Moh Quraish. Tafsir Al-Misbah, (jakarta: Pustaka Lentara hati, 2002)
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan,
(jakarta: Departemen Agama RI, 2004)

Sitanggal ,Anshori Umar, Hery Noer Aly. Terj: Tafsir Al-Maragi, (Semarang: CV
Toha Putra Semarang, 1992)

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "AYAT TENTANG RISALAH"

Posting Komentar

saran dan kritikan dari pembaca amat sangat sy harapkan